Berkumpul Bersama Keluarga: Momen Ramadan yang Tak Terlupakan

#BPNRamadan2024 #BPNRamadanDay7

Usiamu sekarang berapa? Sudah di akhir era 20ankah, sudah kepala tigakah, atau mungkin sudah di atas kepala empat? Bertambahnya usia, pasti sudah banyak pengalaman Ramadan yang dilalui, baik itu menyenangkan atau menyedihkan. Tahun ini, usiaku sudah 30 tahun. Memori Ramadan yang berhasil aku ingat sekitar 25 tahun lalu, yah kira-kira sejak usiaku 5 tahun. 

Meski demikian, rasanya di usia segitu aku baru belajar puasa. Kadang-kadang tapi, nggak setiap hari. Orangtua sahur, aku ikut sahur, orangtua berbuka puasa, aku dan Adik yang paling semangat tunjuk-tunjuk makanan di bazar Ramadan. Selesai berbuka dan ibadah Magrib, aku dan Adik ikut Tarawih, tidak bareng orangtua, melainkan bareng teman-teman tetangga. Ambil shaf salat paling belakang, lalu kabur membeli makanan 😁. 

Kemudian, waktu berlalu, tidak terasa aku semakin bertumbuh. SD, SMP, SMA, aku masih menjalankan ibadah puasa Ramadan bersama keluarga, tetapi saat aku sudah memasuki dunia perkuliahan, jleb! Momen berkumpul itu perlahan sirna. Awalnya bisa pulang setiap puasa pertama, lama kelamaan jadi pulang saat H-3 lebaran. Ternyata, menjadi dewasa itu tidak begitu menyenangkan, aku harus merelakan momen kenangan. Saat kuliah itulah aku sadari, berkumpul bersama keluarga saat puasa Ramadan adalah kesempatan yang sangat berarti dan tidak ternilai harganya.


Setiap tahun, aku sekeluarga selalu mudik ke kampung halaman di Palembang. Setiap pertengahan Ramadan, Nenek akan mengabsensi jadwal pulang anak-anaknya. Jika ada yang tidak bisa pulang karena terkendala biaya, Nenek akan memerintahkan anak-anaknya yang lain untuk patungan. Tidak hanya itu, kami harus sudah sampai di rumah Nenek maksimal H-2 lebaran karena Nenek ingin berkumpul dengan anak-anaknya, menikmati sahur dan berbuka bersama. Setelah lebaran selesai, kami pulang ke rumah, dan orangtuaku kembali mencari pundi-pundi rezeki untuk ditabung buat lebaran tahun depan. 

Macam gali lobang tutup lobang. 

Aku pernah bertanya, kenapa sih kami harus mudik setiap tahun? Baru juga pulang dari mudik, orangtua harus bekerja lagi untuk memenuhi kebutuhan dan persiapan mudik tahun depan. Belum lagi drama-drama kecil yang kerap terjadi. Namun, jawaban Ayah atas pertanyaan itu membuatku terdiam dan tidak berani nanya-nanya lagi. 

"Selagi masih ada Nenek dan masih ada yang kita tuakan, kita harus pulang, menikmati setidaknya sedikit waktu Ramadan bersama. Kalau Nenek sudah tidak ada, suasana seperti ini hanya akan jadi kenangan."

Benar saja! Tahun 2017 akhir, Nenek meninggal. Tahun itu sah menjadi tahun terakhir kami menikmati akhir Ramadan bersamanya. Setelah itu, tidak ada lagi telepon yang masuk menanyakan posisi kami saat masih terjebak macet di perjalanan mudik. Tidak ada lagi momen naik becak menjemput katering makanan lebaran. Tidak ada lagi momen tidur di depan TV himpit-himpitan bareng Nenek dan sepupuku yang lain menjelang sahur. Tidak ada lagi teriakan Nenek kala listrik turun padam akibat adik-adikku yang bermain game.

Meskipun setelah Nenek tiada, anak-anak Nenek tetap pulang ke Palembang, tetapi rasanya beda. Kami berusaha keras untuk menghidupkan kembali suasana Ramadan di rumah Nenek, tanpa Nenek di dalamnya. Yah, setidaknya menu-menu berbuka yang kami siapkan sama persis dengan saat Nenek masih ada, yaitu makanan kesukaan Nenek. Jika tidak bisa mendapatkan momen secara fisik, melalui hal-hal yang disukainya ternyata cukup membantu kerinduan itu. 

Belajar dari pengalaman itu, aku merenung. Momen seperti itu suatu saat pasti terjadi pada diriku, entah aku duluan yang pergi atau orangtuaku. Jika sudah begitu, momen Ramadan pasti tidak akan sama lagi. Jadi, aku bertekad bahwa setiap momen yang Allah Swt. izinkan untuk bersama orangtua, akan aku habiskan seoptimal mungkin. Selagi masih bisa pulang, aku harus pulang. Selagi masih harus menemani orangtua sebelum kembali merantau, aku harus menikmatinya. Karena sekali lagi, momen berkumpul bersama keluarga saat Ramadan adalah hal sangat berarti💓


Comments

  1. Wah iyaaa kumpul keluarga itu berharga bangett sikk

    apalagi pas pandemi kita ngga bisa ke mana mana

    itu rasanya kangeenn bs ngumpul

    ReplyDelete
  2. Entah kenapa aku merasa moment mudik lebaran tidak seindah dulu. Dulu waktu kecil terasa lebih hangat, tapi sekarang dengan kondisi umur yang sama kepala 3, moment mudik lebaran terasa jauh berbeda.

    ReplyDelete
  3. Benar banget mbak moment kebersamaan bareng keluarga memang sulit terlupakan apalagi pas lebaran. Saya sendiri terkadang sangat rindu sekali moment lebaran saat keluarga masih lengkap

    ReplyDelete
  4. Bacanya saya jadi sedih mba...kumpul keluarga pada moment Ramadhan dan idulfitri sangat luarbiasa berkesan pasti tidak akan terlupakan

    ReplyDelete
  5. Iya, kumpul dengan semua anggota keluarga saat lebaran adalah momen yang tak terlupakan
    Belum tentu bisa diulang kembali

    ReplyDelete
  6. Seneng banget momen kumpul bareng keluarga. Biasanya kalau yg tertua seperti nenek udah gak ada, anaknya jarang mau pulang. Alasannya krna udh gak ada orang tua. L

    ReplyDelete
  7. Iya ketika ada satu yang tiada udah beda banget rasanya. Ini juga ramadab pertama tanpa mamih... Rasanya mellow banget

    ReplyDelete
  8. Manfaatnya yang lima sebelum datang yang lima. Diantara luang waktu ini sebelum kesibukan atau ketiadaan waktu yg kita miliki.
    Setelah seseorang tiada, memang baru terasa bagaimana kebersamaan selama ini ada dan kita isi. Setuju kalau selanjutnya belajar dari kondisi itu, kita luangkan waktu semaksimal mungkin untuk berkumpul dengan orang terdekat kita... Apalagi di momen puasa dan lebaran ya

    ReplyDelete
  9. semakin bertambahnya usia, momen lebaran rasanya memang tak seindah dulu, tapi momennya pasti tetep dapet sih dimana pun lebarannya. mohon maaf lahir batin saudara online semuanya...

    ReplyDelete
  10. Betul banget, Mbak. Setelah Nenek tidak ada, suasana Ramadan dan Lebaran di kampung tidak pernah sama lagi. Meskipun kini sudah kepala tiga, kenangan berlebaran di rumah Nenek di tahun 2000-an masih jelas dalam ingatan.

    ReplyDelete
  11. Huhuhu, bener momen Lebaran momen kenangan yang tidak terlupakan, biasanya aku selalu pulang juga, tahun ini sepertinya tidak.

    ReplyDelete
  12. Bener banget, suasana bersama nenek kakek tuh sangat berharga. Saya sudah tdk punya lagi sekarang, jadi keluarga kami sudah tidak mudik lebaran lagi. Kangen dengan situasi lebaran bersama nenek kakek seperti dulu deh jadinya.

    ReplyDelete
  13. Sama Mbak, aku puasa dari SD sampai SMA bersama keluarga tapi ketika kuliah harus puasa sendiri rasanya itu sedih banget ketika berbuka dan sahur.

    Paling sekarang bisa bukber, itupun harus merencanakan jauh hari karena setiap anggota keluarga sudah memiliki kesibukan berbeda

    ReplyDelete
  14. Ini yang dirasakan keluargaku baik pihak ibuku atau bapakku, karena sudah tak ada nenek kakekku jd masing-masing aja gitu lebarannya

    ReplyDelete
  15. Kumpul keluarga itu momen yang memorable banget ya kak, soalnya di keluargaku juga paling 1th sekali baru ngumpul 🥲

    ReplyDelete
  16. Setiap mudik pasti menjadi ajang menyenangkan yaa..
    Ada kenangan yang terukir membersamai keluarga tercinta yang dirindukan. Meski memang kalau dari segi biaya, tentu butuh dana yang gak sedikit. Semoga Allah ganti dengan keridloan. Aamiin~

    ReplyDelete
  17. Aku setuju banget mba. Momen yang sangat berharga karena saat sudah kehilangan, kita hanya bisa mengenang.

    ReplyDelete
  18. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  19. Wah asyik nya yang mau kumpul keluarga pasti seru dan jadi pengalaman yang tak terlupakan ya kak

    ReplyDelete
  20. Memang kumpul keluarga itu suatu hal yang berarti banget bagi kita yang jauh dengan keluarga. Saya pribadi merasakan ketika jauh dari kakak-kakak. Dan moment lebaran bisa dijadikan waktu yang tepat untuk kumpul keluarga

    ReplyDelete

Post a Comment