#BPNRamadan2023
Untuk reviu buku kali ini sebelumnya aku mau kasih warning. Aku menyadari kalau tidak semua orang bisa mengambil hal-hal baik tanpa melihat siapa yang menebarkan hal baik itu. Di sini, aku hanya sebagai penikmat buku, bukan pembela, pengagum atau fans siapa pun. Aku beli bukunya, aku baca, terus aku sempat follow penulisnya cukup lama karena enjoy dengan kesehariannya (FYI, sekarang aku sudah unfollow banyak akun termasuk akun centar biru ygy). Jadi, please don't judge me or the author. Okay?
Bagi penikmat daily vlog atau shopping vlog, pasti tahu salah satu influencer ini. Jovi Adhiguna (silakan cek Instagramnya supaya tahu dia kaya apa😃). Jovi, begitu dia akrab disapa adalah seorang fashion designer yang sekarang sudah merambah menjadi influencer dalam bidang make up dan fashion, juga pebisnis kuliner. Kalau teman-teman tahu Street Boba dan Gildak yang sekarang udah tersebar hampir di seluruh provinsi, nah itu bisnisnya dia tuh. Aku tahu Jovi dari adikku, waktu itu dia sering lihat Instagramnya muncul di eksplor. Sekali lihat apa yang dia unggah, aku jadi tertarik. Jadilah aku follow Instagramnya cukup lama dan nonton seluruh vlognya yang berisi informasi tentang fashion, branded stuff, tempat wisata di banyak negara, hingga shopping vlog yang memerlihatkan dia menghabiskan uang untuk belanja kebutuhan yang tidak perlu (hahaha, bagian ini murni untuk hiburan ya guys, uangnya dia udah unlimited).
Di balik sosoknya yang ceria, pekerjaannya yang semakin lama semakin menjanjikan, penghasilannya yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya, Jovi menyimpan luka lama di hatinya. Luka yang saat itu tidak bisa dia ungkapkan ke khalayak ramai. Oleh karena itu, karena dirasa sudah waktunya, akhirnya Jovi memutuskan untuk menuliskan kisah hidupnya dalam sebuah buku berjudul Uncommon Way.
Jovi Adhiguna Hunter adalah seorang laki-laki yang lahir dari Ayah muslim keturunan Cina serta ibu Nasrani keturunan Belanda. Jovi mengikuti keyakinan ibunya. Jovi memiliki seorang kakak perempuan, tetapi Kakak dan ayahnya meninggal saat Jovi masih sangat muda. Kemudian, ibunya menikah lagi dengan laki-laki bule. Dari pernikahan keduanya ini Jovi mendapat seorang Adik yang lebih dulu menjadi beauty vlogger, Sarah Ayu Hunter.
Sejak kecil, Jovi sudah tertarik dengan dunia fashion. Ketertarikannya inilah yang membuatnya kuliah di bidang fashion designer dan membawanya menjadi sosok seperti sekarang. Namun, kecintaannya terhadap dunia fashion turut memengaruhi kepribadiannya. Singkat cerita, Jovi mengalami gundah gulana, dia tidak berani menceritakan apa yang dirasakannya kepada orang lain. Hidup di Indonesia dengan stereotip bermacam-macam tentu tidak mudah, sehingga sulit bagi seseorang yang mengalami pergulatan jati diri untuk berterus terang.
Beruntung, Jovi memiliki orangtua yang mau mendengarkan, terlebih ibunya. Jovi memberanikan diri mengungkapkan perasaannya kepada sang Ibu. Akhirnya, ibunya membawa Jovi untuk memeriksakan diri ke Psikolog dan Jovi didiagnosis sebagai seorang androgini. Setelah mendapat kepastian medis untuk permasalahan dirinya, Jovi dan ibunya bisa menerima. Mereka percaya apa yang terjadi sudah jalan-Nya. Keluarga besar Jovi pun menerima kondisinya. Jovi mengakui diri sebagai laki-laki yang maskulin, tetapi jika ada pekerjaan atau event dirinya lebih nyaman tampil sebagai sosok yang feminin.
Support System
Terlepas dari penampilannya yang belum tentu diterima dengan baik oleh khalayak ramai, aku memelajari bahwa dalam hidup support system dari orang terdekat khususnya orangtua adalah bagian terpenting. Ibunya Jovi paham bahwa anaknya mungkin "tersiksa" dengan perbedaan yang dirasakan kala itu. Nggak mudah menjadi dirinya, nggak jelas dirinya apa, laki-lakikah atau perempuan. Di sini, ibunya Jovi benar-benar berperan sebagai seorang Ibu. Aku yakin, setelah tahu diagnosis Psikolog tadi, ibunya pasti mencari tahu lebih banyak tentang androgini, bagaimana menghadapi seseorang yang mengalami itu, bagaimana memerlakukannya dan lain sebagainya. Jovi tidak dibiarkan sendiri, Jovi diarahkan agar menjadi dirinya. Mungkin, ada batasan-batasan yang diberikan oleh ibunya. Who knows, kan?
Tidak semua omongan orang harus didengar
Cemoohan pastilah ada, apalagi kita hidup di negara mayoritas muslim dan kita meyakini bahwa gender hanya ada dua, laki-laki dan perempuan, maskulin dan feminin. Terlepas dari adanya pengaruh budaya asing atau bagaimana, diagnosis androgini tentulah sudah mencapai proses penelitian yang panjang. Nggak ujug-ujug istilah itu muncul gitu aja. Sebagai sesama manusia apalagi muslim, memang harus saling menasihati DENGAN CARA YANG BAIK dan dilakukan SECARA PRIBADI (waw, sampai dicapslock wkwkwk). Namun, sayangnya orang kita lebih memilih untuk mencemooh tanpa ampun, memandang sebelah mata atas apa yang terjadi. Nggak ingin mencari tahu penyebab sesuatu itu bisa terjadi. Memilih untuk memfilter omongan yang masuk ke kita adalah kunci. Kunci untuk hidup lebih damai, kunci untuk menjadi sosok yang lebih baik, serta kunci untuk menjaga diri agar tidak hanyut dengan hal-hal negatif.
Mau tidak mau, suka tidak suka, kita perlu menyadari bahwa orang-orang yang perpenampilan seperti Jovi sudah banyak di Indonesia. Sebagai muslim, jelas kita menentang hal-hal seperti itu, tetapi bukan berarti kita harus menyalahkan mereka. Kita menentang tetapi kita akui mereka ada. Yah sederhananya mah gini:
"Oh, dia begitu. Kalau sudah diingatkan masih juga, ya udah."
Hablum minallah Hablum Minannas.
Lakum Dinukum Wa Liyadiin.
Bagiku, tidak semua hal yang dipandang orang lain buruk itu beneran buruk. Membaca buku tentang sosok seperti ini bukan berarti mendukung apa yang dia lakukan, tetapi kita bisa belajar beberapa hal dari perjalanan hidupnya. Sama halnya dengan nonton film atau serial barat yang sebagian besar ada adegan dewasa. Bukan berarti nonton film tersebut adegan dewasanya yang on point, tetapi filosofi filmnya lah yang dicari. Coba deh perhatikan, di film-film barat itu banyak banget filosofi hidup dan kata-kata bijak di setiap dialognya.
Jadi, yuk kita belajar agar tidak mudah menghakimi orang lain 😉
#BPNRamadan2023
#LiyaBahasBuku
Judul buku: Uncommon Way
Penulis: Jovi Adhiguna
Genre: Nonfiksi
Jumlah halaman: 219
Penerbit: Romancious
Rating pribadi: 3,5/5
Kayaknya buku ini rekomended buat mereka atau keluarga yang punya masalah kurang lebih sama ya ama Jovi jadi bisa memberi support hingga mereka bisa bahagia hidupnya
ReplyDeletePas membuka IG nya, saya sampai melihat lama sekali. Agak berpikir sambil bingung. Nama cowok, tapi penampilannya lebih cantik dari cewek. Setelah membaca review dari Mbak, barulah saya mengerti. Semua ini sudah pilihan dia dengan segala resikonya.
ReplyDeleteSaya termasuk yang menentang hal-hal seperti yang dijalani Jovi, tetapi saya tidak menyalahkan mengapa seseorang sepertinya memilih jalan itu. Apapun pilihannya dia yang akan menanggungnya, jadi biarkan saja.
ReplyDeleteNah iya mbak, kita gak tahu keseluruhan cerita jadi jangan terlalu mudah untuk menghakimi. Mungkin ambil hikmah baiknya saja.
ReplyDeleteaku tahunya jovi adhiguna ini juga sebagai beauty vlogger gitu yaa tapi ternyata dia masih menyimpan sisi maskulin ya dalam dirinya. memang sih kalau soal gender gini agak sulit untuk menghadapinya apalagi kalau misal terjadi pada keluarga kita harus benar-benar bijaksana dalam mengambil sikap
ReplyDeleteAku follow ig Jovi ini
ReplyDeleteSuka dengan konten konten make up nya
Menurutku setiap pilihan itu ada risiko masing masing, itu hak preogratif masing masing ya mbak
wah jadi semakin yakin bahwa ga usah terlalu peduliin omongan orang lain ya mba atau ga usah terlalu didengar, apalagi mereka tidak berkontribusi apa-apa dalam hidup kita, kadang saya masih suka dengerin alhasil saya yang capek sendiri
ReplyDeleteWah nasehat sekali bagi saya yang baperan ini..setiap hal yang dikomentari orang lain membuat saya sangat sedih
ReplyDeleteAku nggak tahu siapa Jovi ini tapi kuharap dia bisa dihidayahi jalan yang benar Oleh-Nya. Aku bukan dokegr, psikolog atau semacamnya, tapi kulihat ada kok orang kayak dia yang sembuh, bahkan ada yg dulunya laki-laki tulen tapi pada akhirnya trans, ini sangat membungunkan sebenarnya. Tapi kuharap dia bisa bahagia
ReplyDeleteSaya baru tahu sosok Jovi dan backgroundnya dari tulisan ini. Bukunya sepertinya memang mewakili cerita dirinya ya, uncommon way. Ini topik yang cukup sensitif, tapi kurang lebih saya setuju dengan pendapat Mbak.
ReplyDeleteowalaa ternyata gitu yah.
ReplyDeletebaiklahhh jadi makin paham ttg sosok Jovi
Mba aku auto buka ig loh dan ternyata aku udah sering liat dia tapi gatau namanya. Kalau baca bukunya sih gpp ya asal iman kuat dan ambil itu sebagai pelajaran
ReplyDeleteKalau semua omongan harus didengar, maka rusaklah jiwa dan pikiran ini
ReplyDeleteTidak semua baik soalnya
Apalagi kalau omongan toksik
Yup .. menurut saya juga, kita perlu belajar dari pengalaman orang lain tanpa perlu kita menjalaninya. Diambil hikmahnya saja.
ReplyDeleteAku penyuka gildak dan street bobanya..
ReplyDeleteTapi melalui buku Uncommon Way ini, aku jadi memahami bahwa setiap orang ada sisi yang ingin diungkapkan meski gak siap dengan judgment yang diterima. Tapi perlahan dengan membuka diri, semoga perlahan semua orang belajar bahwa ada mereka di sekitar kita dan menjadikan kita lebih bijak dalam bersikap juga berpendapat.
Aku tau orang ini gegara follow Ayla Dimitri. Nggak bisa membenarkan pilihannya juga. Tapi emang ini jadi pelajaran sebagai orang tua buat bantu anak tau identitas dirinya.
ReplyDeleteTentunya pergulatan batin banget ya untuk Jovi. Aku juga ga berani komen hal2 begini mbak, frame of thinkingnya beda soalnya yaaa... servernya juga udah beda soalnya hehehee...
ReplyDeleteSaya tetap berharap Jovi bisa kembali ke fitrah maskulinnya.
ReplyDelete