"Bagiku, mencintai seseorang berarti mencintai seluruh topeng yang ia kenakan, memahami alasan di balik setiap topeng yang ia miliki, dan bersabar dalam waktu yang cukup hingga ia memperlihatkan wajah aslinya" -Bernard Batubara-
Aku suka cuplikan itu, cuplikan tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Menurut Bara, setiap hari kita membelah diri menjadi tiga orang: saat berada di hadapan dunia, saat bersama orang-orang terdekat, dan saat sendirian. Proses mencintai tentu tidak langsung menunjukkan siapa diri kita sebenarnya, bukan? Di awal perkenalan dengan orang baru, kita menjelma menjadi sosok yang ramah. Ketika interaksi dengan orang baru itu semakin intens, kita menjadi sosok yang menyenangkan kadang pula menyebalkan, dan ketika mulai saling mengenali satu sama lain, satu persatu sifat asli kita mulai muncul ke permukaan. Hidup kadang selucu itu.
Sumber: dokumentasi pribadi
Buku Luka dalam Bara adalah novel yang dikemas sebagai kisah nyata seseorang bernama Bara. Apakah ini kisah nyata atau bukan, nggak tahu juga sih, tapi yang jelas apa yang dibahas dalam buku ini cukup membuatku ikut merasakan hubungan yang terjalin antara si Bara dan J, kekasihnya (atau mungkin isterinya?).
Bara dan J adalah pasangan yang menyukai tulisan, mereka saling mengungkapkan perasaan dengan untaian kata romantis. Bara mengungkapkan bagaimana pertemuan-pertemuan awalnya dengan J, kemudian berlanjut dengan bagaimana pertengkaran-pertengkaran hadir dalam hubungan mereka yang semakin dalam, serta bagaimana harapan-harapan yang mereka panjatkan dalam untaian doa dan kata. Bisa dibilang, bahasa cinta mereka adalah words of affirmation, setidaknya itu yang tergambar di buku ini. Hayoo, siapa nih yang bahasa cintanya sama kaya Bara dan J? Mungkin buku ini bisa jadi list untuk dibeli loh! Hehehe.
Sumber: dokumentasi pribadi
Luka dalam Bara terdiri dari 100 halaman, covernya pun hardcover dengan pembatas tali di dalamnya. Ketika mulai membaca buku ini, aku merasa sedang membaca ungkapan hati seseorang yang ditulis dalam sebuah diari. Topik yang dibahas ada 39 topik inti. Sama seperti buku yang aku ulas kemarin, walau topiknya banyak tetapi isi pertopiknya sedikit. Jadi, pembaca lebih nyaman bacanya sampai akhir. Blurbnya pun dikemas cukup menarik, walau mungkin bagi sebagian orang yang kurang suka fiksi genre ini akan mengerutkan dahi karena terlalu melankolis blurbnya wkwkwkwk. Namun, untuk para pecinta romansa, aku rasa blurbnya cukup membuat jari menekan tombol "tambahkan ke keranjang" syopi deh 😆
"Aku mencintainya karena ia mencintai kata-kata. Aku mencintainya lebih lagi karena ia mencintai buku-buku. Aku mencintainya karena ia adalah buku bagi kata-kata yang tidak bisa aku tuliskan. Aku mencintainya karena ia menjadi rumah bagi setiap kecemasan yang tidak perlu aku tunjukkan"
#LiyaBahasBuku
Judul: Luka dalam Bara
Penulis: Bernard Batubara
Genre: Fiksi-Romance
Jumlah Halaman: 100 halaman
Penerbit: Noura (PT Mizan Publika)
Rating Pribadi: 3/5
aduhh quote nya makjleebb bgt.
ReplyDeleterelatable dgn semua orang yah
keren bgt ini
Hu'um Mba. Penulisnya setipe dengan Boy Candra kayanya, ala2 quote cinta gimanaaa gitu hihihi
DeleteBukunya bagus banget nih, apalagi pakai hardcover ya :D
ReplyDeleteIsi bukunya juga dalem banget, wajib baca ini mah :)
Iyaah hardcover Mba, jadi seru aja gitu punya buku hardcover wkwkwk
DeleteBuku Luka dalam bara ini ceritanya menarik ya mbak
ReplyDeleteAku jadi pengen baca juga
Bener banget Mba, puitis2 gimana gitu walau yang nggak terbiasa baca buku jenis ini pasti "geli" (kaya aku :-D)
DeleteHmm mungkin betul ya, biasanya waktu akan mengungkapkan sifat-sifat asli manusia hehehe. Ikut penasaran dengan bagaimana kisah kasih Bara dan J yang dituangkan dalam bentuk kata-kata.
ReplyDeleteSetuju sih Kak, biasanya kalau baru kenalkan kita cenderung ingin terlihat baik dari segala hal ya, menunjukkan yang perlu untuk ditunjukkan hehehe.
DeleteAku datang ke launching buku Luka dalam Bara dan bertemu langsung dengan penulisnya, Bernard Batubara. Setelah membaca buku-buku karya Bernard, aku jadi tersadar bahwa lantunan patah hati pun bisa begitu indah ketika dirangkai dengan kata-kata indah nan puitis.
ReplyDeleteJuara banget penulisnya.
Penulisnya pun sangat humble ya, Mbak Lend. Seru diajak ngobrol. Aku dulu datang di sesinya pas acar aPatjar Merah di Malang. Tapi bukan bahas tentang buku ini. Jadi penasaran pengen baca buku ini deh
DeleteWaaahh seru banget ketemu penulisnya langsung. Aku jadi penasaran pula nih sama buku2 karya beliau yang lain ^_^
DeleteNgena banget, nih mba gambaran versi personal dalam 3 keadaan pasti memang berbeda2. Nampaknya buku luka dalam bara ini penuh dengan filosofi.
ReplyDeleteAsliii. Cocok dibaca sambil ngeteh dan ngemil Khong Guan di sore hari Mba hahaha.
DeleteJadi ingat ada satu buku juga judulnya Bara mba. Tapi kisah Bara yang ini tragis sampe aku dulu baca bukunya nangis2. Kalau Bara yang di buku Luka dalam Bara ini sepertinya ngga tragis ya mba?
ReplyDeleteNggak Mba kalau ini, lebih kaya ungkapan perasaan Bara untuk kekasihnya. Spill dong Mba buku Bara yang tragis ituuuu, siapa tahu bisa aku masukkan list :-D
DeleteJudulnya juga bikin merinding dan mikir, sedalam itukah lukanya? Sampai diibaratkan di dalam bara yang panas dan mematikan ituuuu
ReplyDeleteHahahahaha. Gimana ya, buku ini cocok buat orang yang love languagenya words of affirmation deh pokoknya Kak :-D
DeleteDari judul.y memng terlihat melakolis ya, tapi biasanya genre bgini banyak pelajaran hidup pahit yg bisa diambil hikmahnya
ReplyDeleteNah itu bener banget. Banyak pelajaran hidup pahit yang bisa diambil hikmahnya
Deletekayaknya dulu pernah baca bukunya bernard batubara ini tapi lupa judulnya apa. seingatku dia ini termasuk penulis yang diksinya menarik yaa
ReplyDeleteSepertinya Mba (Setelah aku kepoin IG dan bio penulisnya di buku ini) ^_^
Deletewah tulisan model-model begini biasanya yang suka kaum cewek nih karena untaian katanya romantis dan puitis
ReplyDelete