SECERCAH HARAPAN SETELAH PANDEMI

(Sumber : Edwin Hooper, 2020)

Januari 2020, tepatnya tanggal berapa aku sudah lupa. Bulan itu menjadi bulan di mana aku tahu bahwa ada virus bernama Covid-19.  Pertama kali muncul di kota Wuhan, diberitakan hampir di seluruh siaran berita di televisi. Apalagi di dunia maya, banyak sekali akun-akun yang mengunggah cuplikan demi cuplikan vidio betapa ganasnya serangan virus ini. Masih lekat dalam ingatan, di bulan itu aku sedang berchit chat dengan keluarga di grup telegram. Kami membahas tentang virus ini yang pada saat itu belum masuk ke Indonesia. Jangankan masuk, terpikirkan virus ini akan masuk Indonesia saja tidak. 

Tibalah di bulan februari akhir, ketika aku mau pulang ke rumah orang tua dari tanah rantau. Aku pulang menggunakan armada pesawat terbang. Penerbangan masih normal kala itu. Hanya saja ketika sudah mendarat di pintu masuk kedatangan sudah ramai petugas menunggu untuk mengecek suhu tubuh seluruh penumpang. Aneh rasanya ketika termogun diletakkan di atas kening, aneh karena tidak terbiasa. 

Awal maret 2020 menjadi awal dari bencana ini. Bencana yang disebabkan oleh virus Covid-19, pada bulan ini Corona sudah masuk Indonesia, dengan 3 orang terkonfirmasi positif. Seluruh negeri langsung heboh. Setiap hari, setiap waktu, pembahasan selalu tentang corona. Seolah-olah corona ini adalah selebriti yang tengah naik daun dan jadi perbincangan hangat para pembawa acara gosip. Bedanya, corona muncul membawa petaka. Petaka berupa kematian. Hingga akhirnya penyebaran virus Covid-19 yang semakin meluas di seluruh dunia menyebabkan diberikannya gelar Pandemi

Sebenarnya, sebelum pandemi Covid-19, dunia pernah mengalami pandemi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut ialah HIV/AIDS, Flu Babi, Flu Asia, serta Flu Spanyol. Pandemi tersebut juga telah menelan jutaan korban jiwa karena penyebarannya (sumber Halodoc.com,2020 ). Jadi, pandemi bukan hal yang baru bagi dunia. Hanya saja karena penyakit yang menjadi pandemi ini adalah penyakit baru, sehingga penanganannya pun berbeda. Tidak bisa disamakan dengan pandemi sebelumnya, meskipun sama-sama disebabkan oleh virus. 

Selain menelan korban jiwa, pandemi Covid-19 juga memberi dampak yang dirasakan seluruh manusia. Dampak ini dimulai dengan perubahan mobilitas. Awalnya kita bebas berpergian kemana pun kita inginkan, sejak pandemi mobilitias harus dibatasi. Keluar rumah jika memang penting. Nongkrong-nongkrong tanpa tujuan harus dihindari. Lalu, kegiatan sehari-hari turut berubah. Para pekerja kantor beralih dari kerja luring menjadi daring, termasuk kegiatan di institusi pendidikan.  

(Sumber : Nelly Antoniadou,2020)

Kita tentu masih ingat bagaimana gencarnya pemerintah menyerukan himbauan-himbauan agar penyebaran virus ini tidak meraja lela. Di rumah aja, belajar dari rumah, dilarang mudik, pakai masker, jaga jarak,mencuci tangan, taat protokol kesehatan, menjadi kalimat yang selalu muncul setiap harinya. Malah, di awal pandemi sempat terjadi panic buying, yaitu memborong seluruh kebutuhan sehari-hari untuk bertahan di rumah saja. Namun, perubahan ini tidak selalu membuat diri menjadi nyaman. Kelamaan di rumah saja apalagi bagi mereka yang aktif bekerja di luar rumah tentu membuat stres. Tidak sedikit pula yang depresi karena kelamaan di rumah. Hal ini wajar karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dengan manusia lainnya. 

Dampak yang muncul akibat pandemi mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menerimanya. Agar tetap bisa bertahan dengan situasi tidak menyenangkan ini, kita harus beradaptasi. Beradaptasi dengan kebiasaan baru, atau yang dikenal dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Adaptasi Kebiasaan Baru dilakukan dengan terus menerapkan 5M protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Selain itu, melakukan vaksinasi juga turut dilakukan. Tujuannya agar kita mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) yaitu suatu bentuk perlindungan dari sebagian populasi yang kebal terhadap penyakit menular tertentu sehingga memberi perlindungan tidak langsung bagi mereka yang tidak kebal terhadap penyakit tersebut (Sumber: Infeksi Emerging, 2021). Dalam hal ini kebal terhadap virus Covid-19 karena sudah divaksinasi.

Dengan melakukan Adaptasi Kebiasaan Baru diharapkan kita dapat terus menjalankan hari-hari dengan baik meskipun masih ada pandemi yang menghantui. Hingga nantinya kasus pandemi semakin menurun dan kita merdeka dari pandemi. Merdeka dari pandemi arinya memberi harapanHarapan bagi siapa saja yang terdampak pandemi, harapan bagi mereka yang sudah bosan di rumah saja, serta harapan bagi kita agar kembali bebas beraktivitas seperti sedia kala. 

(Sumber: Nick Fewings, 2021).

Harus diakui selain memberi dampak buruk bagi segala aspek kehidupan, masih ada hal positif yang bisa diambil dari pandemi Covid-19 ini. Karena pandemi kita belajar untuk mensyukuri kesehatan yang kita miliki, karena pandemi kita jadi paham betapa berharganya waktu yang dimiliki bersama keluarga. Karena pandemi kita jadi paham bahwa pentingnya mempersiapkan dana darurat agar bisa bertahan ketika dihadapkan oleh situasi seperti ini. Jadi, ketika nanti pandemi ini telah berakhir, semoga tidak ada lagi pandemi-pandemi baru yang datang menghampiri. Pun jika ternyata muncul lagi pandemi dari penyakit baru, kita bisa lebih siap menghadapinya. 

Banyak sekali harapan yang tersemat ketika merdeka dari pandemi. Semoga mereka yang ditinggalkan keluarga akibat Covid-19 bisa segera bangkit dan menjalani kehidupan. Semoga mereka yang diberhentikan dari pekerjaan segera mendapatkan pekerjaan baru. Semoga perusahaan-perusahaan dan seluruh instansi perkantoran yang berjuang untuk mempertahankan usaha mereka bisa segera berjalan normal kembali. Semoga instansi pendidikan kembali melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah dan kampus, atau secara tatap muka kembali. Semoga para pedagang segera pulih perekonomiannya karena selama pandemi konsumen mereka menurun drastis. Dan yang terpenting, semoga kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih baik lagi ke depannya, karena sudah ditempa sangat keras dengan dampak pandemi ini. 
#LombaBlogUnpar
#BlogUnparHarapan 



Referensi : 
Edwin Hooper. 2020. https://unsplash.com/photos/Q8m8cLkryeo
Nelly Antoniadou. 2020. https://unsplash.com/photos/9X1P46Y2KJo 
Nick Fewings. 2021. https://unsplash.com/photos/ioNNsLBO8hE 
Halodoc. 2020. https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-penyakit-yang-pernah-menjadi-pandemi-di-dunia 
Infeksi Emerging. 2021. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/uncategorized/apa-itu-herd-immunity-kekebalan-kelompok  


 





Comments