Ramadan Yang Kurindukan #BPN30DAYRAMADANBLOGCHALLENGE2021
Sebagai anak 90an, masa-masa ramadan yang dilalui pastinya semakin berbeda. Dulu saat aku masih kecil kira-kira saat SD-SMP, setiap ramadan hingga hari raya benar-benar dilalui bersama-sama keluarga, teman sebaya dekat rumah, dan tetangga. Suasananya sangat hangat, penuh canda tawa, saling menyapa, saling mendatangi satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, serta seiring berkembangnya teknologi, suasana ramadan seperti itu semakin pudar rasanya. Aku merasa omongan orang tentang "Hp mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat" itu nyata adanya.
Dulu, ketika ramadan akan tiba, malam sebelum puasa pertama kami akan bergegas ke mesjid untuk shalat tarawih. Pulang dari mesjid langsung main dengan teman sebaya yang ada di dekat rumah, salah satunya main kembang api. Setelah ashar, kami pergi mencari takjil ke pasar bedug. Setelah itu, para orang tua keluar rumah untuk bersantai di teras rumah, atau saling bertukar cerita dengan para tetangga. Kami sebagai anak ? Tentu saja bermain. Jika tidak, kami akan berkumpul di rumah menyaksikan tayangan televisi nasional yang menyajikan sinetron-sinetron spesial ramadan yang menyentuh hati. Kiamat Sudah Dekat, Para Pencari Tuhan, Doaku Harapanku, Doa dan Anugerah, Hikmah, dan Doa Membawa Berkah adalah sinetron-sinetron yang pernah aku saksikan selama ramadan.
Setelah berbuka, lanjut shalat magribh berjamaah bersama keluarga, dan bergegas ke mesjid untuk tarawih. Kalau nggak bergegas nggak akan dapat shaf depan atau shalat di dalam mesjid karena banyak banget yang tarawih. Nah, bagi kami yang masih SD saat itu, momen tarawih yang dinanti adalah ketika mendengarkan ceramah, karena kami harus merangkum isi ceramah tersebut dan menuliskannya ke dalam buku agenda ramadan sebagai tugas mata pelajaran agama selama ramadan. Biasanya nih kami saling contek dengan teman-teman yang ada di sekitar shaf shalat kami, kalau-kalau ada materi ceramah yang terlewat, dan tentu saja agar catatannya terlihat full hahahahaha. Kalian ada yang kaya gitu juga nggak ?
Agenda ramadan sudah terisi, selesai tarawih kami tidak langsung pulang. Kami berebut antre tanda tangan pak ustadz yang memberikan ceramah, sebagai bukti bahwa kami memang benar-benar tarawih dari awal hingga akhir. Saking berebutnya, tak sedikit pula teman-teman yang agenda ramadannya sampai robek 😅.
Selain momen-momen itu, puncak ramadan yang sangat aku rindukan tentu saja saat mudik ke kampung halamanku di kota Palembang. Eh bukan kampung sih ya, tapi mudik ke rumah nenek. FYI, 4 tahun lalu aku kehilangan nenekku untuk selama-lamanya. Sejak saat itu, momen hari raya jadi sangat berbeda. Sebisa mungkin kami tetap mudik walaupun lama mudiknya tidak selama saat nenek masih ada. Dulu apalagi masa-masa aku masih SD-SMP, mudik adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan bagi anak-anak nenek. Jika salah satu saudara belum punya rezeki untuk mudik, saudara lainnya akan membantu. Pokoknya di hari raya harus berkumpul semua. Di rumah nenek pun yang dirindukan salah satunya saat tidur ramai-ramai dengan saudara sepupu. Tidur ala ikan sarden kalau kata Ibuku, posisinya harus disusun rapi agar muat semua dalam satu tempat hahaha.
Saat mudik apalagi mudik dengan mobil sendiri euphorianya sungguh khas. Sepanjang perjalanan banyak sekali mobil-mobil dari luar pulau melintas dengan barang bawaan seabrek-abrek sampai diikat di atas mobil. Jika sudah masuk waktu shalat, pemudik istirahat di mesjid atau di spbu yang ada mesjidnya. Gila, udah 2 tahun nggak mudik kangen banget sama momen itu :'(.
Itulah sepenggal momen ramadan yang sangat aku rindukan. Teman-teman yang lahir di era 90'an aku rasa mengalami hal yang sama, benar kan ?
-BPN 30 Days Ramadan Blog Challenge 2021-
#BPNRamadan2021
#Day19
Comments
Post a Comment