Puasa Di Masa Pandemi, Fyuuuhh #BPN30DAYRAMADANBLOGCHALLENGE2021
Sudah masuk tahun ke-2 pandemi covid-19 berlangsung, siapa sangka ramadan dan hari raya tahun ini kembali kita lalui di masa pandemi. Padahal setelah melewati ramadan dan hari raya yang cukup "berat" tahun lalu, terlihat pula secercah cahaya dan harapan bahwa di tahun 2021 ramadan dan hari raya akan kembali normal seperti sebelumnya. Namun, harapan tinggal harapan, sebanyak apapun manusia berencana, Yang Maha Esa jua yang menentukan. Tahun ini kita kembali beribadah di bulan suci ramadan dalam masa pandemi. Bedanya, kali ini lebih santai aja sih, lebih nerimo.
Masih hangat dalam ingatan bagaimana menjalankan ibadah puasa di tengah pandemi yang masih sangat hangat dibicarakan tahun lalu. Setiap hari satgas memberi update perkembangan penyebaran covid-19, lengkap dengan para pasiennya. Itu pula yang menjadi salah satu tontonan wajib selama ramadan. Dari sahur hingga sahur lagi, aktivitas hanya dilakukan di dalam rumah. Sesekali belanja takjil ke pasar dengan protokol yang super ketat. Ramadan di masa pandemi tahun kemarin juga menjadi rekor untukku, aku masak untuk sahur dan berbuka hampir 30 hari lamanya (terpotong 2 hari karena sakit huhu).
Ada yang sangat beda ketika menjalankan ibadah puasa di masa pandemi, khususnya tahun lalu. Ketatnya prokes dan peraturan berimbas pada tradisi ramadan yang tidak bisa dilaksanakan seperti saat normal, yaitu tarawih dan tadarus di mesjid. Biasanya selepas magribh suara imam memimpin shalat isya hingga tarawih, para penceramah memberikan materi ceramahnya, serta indahnya lantunan ayat suci Al-Qur'an dari para tetangga dan anak madrasah yang melaksanakan tadarus di mesjid akan terdengar selama ramadan, tetapi tahun lalu tidak terdengar sama sekali. Robek rasanya hati ini, ramadan tapi euphorianya kok ya nggak seperti ramadan.
Namun, dibalik ketidakbiasaan tersebut, aku masih bisa mengambil satu sisi positif dari puasa di masa pandemi, yaitu aku dan adikku bisa menjalankan ibadah di bulan suci ramadan tahun lalu full di rumah dan menghabiskan waktu bersama kedua orang tua dengan optimal. Itu adalah harga yang mahal ketika kamu sudah beranjak dewasa dan mulai belajar hidup sendiri di perantauan. Paling bisa pulang setahun sekali dalam waktu lama dengan mengambil cuti, atau pulang beberapa hari modal libur idul fitri.
Seperti kata Ayahku, bahwa dibalik suatu kejadian yang menyedihkan, akan ada sesuatu yang indah yang akan menghampiri. Sedih karena dunia sedang pandemi dan kita harus membatasi apa-apa yang biasanya kita lakukan, indah karena bisa beribadah sebulan penuh bersama orang tua.
Semoga pandemi covid-19 segera berakhir, aamiin.
-BPN 30 Days Ramadan Blog Challenge 2021-
#BPNRamadan2021
#Day20
Comments
Post a Comment