Liya's Big Achievement #BPN30DayRamadanBlogChallenge2021

Jika sudah membahas tentang pencapaian dalam hidup, menurutku tidak akan ada habisnya. Hidup berjalan seiring dengan target-target baru yang ingin diraih. Ada ambisi yang ingin dicapai. Setiap tahunnya, disetiap usia yang baru. Untuk capaian pendidikan, aku sudah mencapai titik tertinggi saat ini. Saat aku dinyatakan lulus magister, orang tuaku senangnya bukan main. Adikku cerita waktu aku lulus orang tuaku selalu membahas tentang aku. Mereka bangga sekaligus lega. Bangga karena aku mampu menyelesaikan apa yang aku mulai dengan baik, karena dari aku TK sampai S2 aku tidak istirahat. Lulus di sini langsung lanjut tes masuk sekolah lagi. Selain itu, orang tuaku juga lega, lega karena sudah tuntas tugas mereka untuk menyekolahkan aku. Sebagai catatan, kami menganggap pendidikan adalah hal yang penting dan harus dicapai dalam hidup, karena bagi kami benefit yang didapat akan sangat berguna untuk ke depannya. 


Lantas, apakah itu jadi pencapaian tertinggi di hidupku ?

Bukan. 

Ketika ditanya pencapaian tertinggi dalam hidup, sebagian orang akan menjawab momen-momen penting yang terjadi di hidup mereka. Lulus sekolah, jadi wisudawan/wisudawati terbaik, lamaran, menikah, punya anak, bekerja sesuai passion, atau naik pangkat di tempat kerja. Sesuatu yang jika diketahui orang lain mereka akan bilang "Wah, selamat ya". But, I don't think so it's me. 

Buatku, pencapaian tertinggi yang aku raih dalam hidup adalah, ketika aku mulai paham siapa dan bagaimana diriku ini sebenarnya. Memahami diri sendiri itu tidak mudah loh. Ketika kamu ditanya :

"Jelaskan tentang diri kamu" dalam sebuah interview, kamu pasti cenderung menceritakan hal-hal yang menurut kamu baik. Namun, belum tentu itu benar-benar menggambarkan diri kamu yang sebenarnya. Dan aku merasa pencapaian tertinggiku saat ini adalah aku paham siapa aku sebenarnya. 

Aku mulai paham kelebihan dan kekuranganku. Aku orangnya bla bla bla bla, aku tidak suka bla bla bla. Kalau marah aku akan begini, kalau aku tidak suka aku akan begini, kalau aku sudah dekat dengan orang lain aku akan begitu, aku melihat sesuatu seperti itu. 

Ada 1 hal dalam diriku yang agak aku sesalkan kenapa aku baru paham, aku orangnya lambat mencerna sesuatu. Aku bisa memikirkan kembali kejadian 2 atau 3 tahun lalu dan sadar bahwa maksud dari kejadian itu sebenarnya apa. 

Salah satu contoh simpelnya, tesisku rampung di 2019 lalu. Aku membahas tentang bagaimana menghadapi kedukaan baik kedukaan karena ditinggal mati atau ditinggal pergi orang tua dari sisi psikologi pendidikan. Berkali-kali dosen pembimbingku kasih clue tentang pembahasan tesisku,

"Kamu coba baca deh tentang grief psychology, kayanya akan bagus banget kalau kamu masukkan ke pembahasan dan kamu bahas dengan rinci".

Namun, emang dasar akunya lambat, nggak aku kerjain itu instruksi beliau. Aku bahas sesuai perspektif aku sendiri tanpa bahas anjuran beliau. 

Nggak lama ini aku salah satu penonton setia serial baru Marvel, Wanda Vision. Jika teman-teman belum tau serial ini membahas tentang 5 fase kedukaan yang ditunjukkan Wanda saat dia kehilangan orang-orang tercintanya. Tebak, apa yang aku pikirkan ?

Yak, aku baru ngeuh maksud dosen pembimbing aku apa, di 2019 itu. Andai saja aku bahas tentang "The Five Stages of Grief" secara rinci, beeehh udahlah akan sangat bagus itu tesisku. Fyuuh. 


So yeah, pencapaian tertinggi di hidupku adalah saat aku bisa memahami diriku sendiri, sehingga aku akan terus mencoba berubah menjadi lebih baik. Jika kita memahami diri sendiri, tentu tidak akan sulit untuk memahami orang lain. 


Selamat datang pencapaian lainnya !



-BPN 30 Days Ramadan Blog Challenge 2021-
#BPNRamadan2021
#Day4

Comments